Sumber Foto |
Aku adalah aku di mana pun tempatku berada.
Berusaha menjadi diri sendiri di tengah bicara kosong dan dusta mereka
Hidup terasing di tengah kecintaan para ektrimis duniawi
Sedaya cuba menafikan rasa di dalam lubuk hati dan naluri untuk selalu berkata jujur.
Terbalut rapat hedonisme yang telah menjadi kunyahan harian.
Kemunafikan yang meluncuri bibir dari waktu ke waktu.
Aku, barangkali juga kalian terpaksa hidup dalam pembohongan, demi menutup bangkai serakah.
Demi menjaga hati orang,terkorban prinsip dan pegangan diri.
Kadang waktu !
Demi menjaga hati orang,terkorban prinsip dan pegangan diri.
Kadang waktu !
Menghancurkan segala.
Dimulai dari kehormatan diri hingga segala kekayaan hati.
Sehingga tiada lagi yang tersisa kecuali setitis embun di tengah lautan tinta.
Hati pun bertranformasi. Berubah wajah. Sekeping hati kini, adalah batu karang yang ditutupi lumpur dan lumut.
Laut, seperti yang kita maklum tidak sebiru yang kita duga. Kita sebegitu berani menerjang ombak besar nan perkasa. Padahal diri hanyalah selonggok bebatuan tanpa erti yang ditinggal pemilikNya.
Pemilik akan selalu kekal abadi. Pemilik menciptakan segalanya dari sesuatu yang manis walau menghampakan di mata kita. Sentiasa memerhati kita dari tempatNya tanpa mengingini suatu apapun. PandanganNya tajam menembus benteng kehormatan palsu yang diciptakan para pengecut TelingaNya pasti mendengar bisikan-bisikan najis para pendusta. TanganNya menggenggam segenap hati makhluk tanpa terkecuali dengan tenang. Namun mengapa, si buta tuli nan pincang berani menentang Pencipta. Tidak pernah sesekali gentar berdusta Terus-terusan mereka dengan kerosakan yang nyata.
Tuhan !
Gantikan aku dengan sesuatu yang tidak akan terlalu mengingatkan pada isi dunia.
Ulasan
Ia biru kerana namanya 'Laut'.
Ia akan kekal begitu sehinggalah airnya bertukar kepada darah merah.
ketika itu nanti, rembang hari dan senjakala tak jauh beza warnanya...
Itulah kita, kak.
:) speechless